Monday, May 3, 2010

Cerminan Diri Seorang Muslim



Adalah seorang pemuda yang menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir. Ia hafidz, hafal Al-Quran. Namun tidak hanya hafal, ia juga paham terhadap kandungan isi Al-Quran. Dia dikenal di setiap masjid-masjid dan disambut ramah oleh setiap imam di setiap masjid tersebut. Ia pernah menjadi imam hampir di setiap masjid di Mesir, kawasan Hay-10. Tidak banyak orang Indonesia yang pernah menjadi imam di negeri para Nabi, yang notabene banyak terdapat penghafal Al-Quran. Lantunan suaranya yang merdu, membuat para makmum semakin khusyuk menjalani shalat. Ia juga pernah mengikuti beberapa lomba tahfidz dan meraih peringkat di setiap momennya.



Ilmunya cukup luas untuk seukuran mahasiswa tahun kedua Universitas Al-Azhar. Ia memiliki teman yang banyak, ia tahu cara bergaul, ia juga sangat ramah dan disukai banyak orang. Semua orang yang berada di dekatnya merasa hangat akan kemuliaan sifatnya, dan merasa kehilangan bila ia tidak ada. Tak jarang ia diundang dalam acara perjamuan dalam sebuah keluarga. Saya hanya termasuk dari sebagian orang-orang yang beruntung yang dapat berkenalan dengannya. Setiap saya diajaknya ke sebuah masjid saya hanya mendapatkan jabatan tangan dari Syaikh di masjid tersebut.

Dia tidak mempunyai ketertarikan terhadap hiburan apa pun itu, dia tidak pernah menghabiskan waktunya untuk hal yang sama sekali tidak bermanfaat, dia tahu terhadap urusan akhiratnya namun dia tidak lupa dengan dunianya. Hari-harinya hanya dipergunakan untuk membaca dan memperbanyak khazanah keilmuan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Orang hanya melihat kebaikan dari sisinya, setiap orang yang memandangnya teringat kepada Allah. Subhanallah dia adalah satu-satunya teman yang membuat saya kagum.

Tapi kita tidak boleh hanya sekedar hanyut dalam kekaguman tersebut. Kita juga tidak boleh ketinggalan dari mengejar kebaikan. Kita menjadikan saudara kita sesama muslim sebagai cerminan untuk diri kita. Dimanakah posisi kita bila dibandingkan dengan beliau. Sholat berjama'ah saja mungkin sering terlambat, membaca Al-Quran tidak lebih dari satu lembar perhari, dan juga masih tersibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang bisa dibilang tidak terlalu urgen. Menyamainya saja mungkin masih belum bisa. Padahal yang patut kita tiru adalah Rasulullah Saw selaku sebaik-baik uswah yang menjadi tolok ukur kita dalam setiap tingkah laku dan perbuatan. Nabi yang maksum dan dijamin masuk sorga, tetap saja melakukan segala ibadah dan menjadi tauladan yang pantas untuk diikuti. Namun sudah sejauh manakah diri kita memupuk ketakwaan kita terhadap Allah Swt. Sudahkah kita melakukan ibadah yang wajib dengan ikhlas dan benar, sudahkah kita melakukan ibadah yang sunnah dengan teratur dan berkesinambungan. Sesungguhnya, sebanyak apa pun amalan yang kita perbuat di bumi Allah ini, tidaklah cukup bila ditimbang dengan sorga yang Allah janjikan. Melainkan, hanya dengan rahmat Allahlah kita bisa mencapai sorga.

Maka dari itu marilah kita membenahi diri yang sudah terlanjur jauh dari mencintai Allah dan Rasul. Agar kita mempunyai bekal yang memadai untuk menuju kehidupan yang hakiki, yaitunya kehidupan akhirat yang menjanjikan berlimpah-limpah kenikmatan bagi orang yang beriman dan beramal shaleh.

Tidak ada kata terlambat untuk berbenah diri, selagi Allah Swt masih memberi kita kesempatan untuk menetap di bumi-Nya ini. Marilah kita menyegerakan diri untuk segera bertaubat. Betapa pun besarnya dosa yang kita lakukan, yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari, tersembunyi dan terang-terangan. Namun itu tidak mengalahkan rahmat Allah yang Maha luas, selagi kita mau bertobat dan mau merubah diri. Wallahu a'lam.


http://www.warnaislam.com/rubrik/renungan/2009/4/1/33600/Cerminan_Diri_Seorang_Muslim.htm

No comments:

Post a Comment